"August please be nice. Kalimat peng-harap-an yang bertebaran di medsos awal bulan seperti ini, Agustus mblo! Waktunya bayar kos-kosan lagi hiyaaaak..."
Enak kali ya, punya bisnis kos-kosan. Setiap bulan pendapatan mengalir bagaikan air di gunung Papandayan, kaya PNS. Yaap, target punya bisnis kos-kosan beberapa tahun kedepan menurut saya ide cemerlang deh. Bagus dijadikan investasi di hari tua. Tapi berhubung modalnya belum ada, sekarang lebih baik kembali fokus, misi ngelarin kuliah tahun ini dulu bos.
Kamu sibuk juga? yaudah, semoga kesibukan dan target kita di bulan ini sama-sama tercapai tanpa meleset satupun. List yang sudah kamu rencanakan dapat sesuai harapan. Tercontreng ijo semua. Misal harapan lulus kuliah secepatanya, punya pekerjaan, mapan dan kemudian menikah. Itu curhatan harapan saya saja sih.
Setiap orang pasti punya target berbeda dan mengharap target tersebut dapat tercapai di bulan Agustus ini. Harus yakin, Agustus ini akan membawa hoki untuk kita semua. Khususnya untuk orang-orang yang lahir di bulan agustus seperti saya. Eh, bukan ding.
Agustus, meskipun nama saya agus, tapi saya tidak dilahirkan pada bulan Agustus. Ya, memang sedikit aneh bagi sebagian banyak orang. Mungkin saya, sedikitnya agus yang tidak lahir di bulan agustus. But, saya anggap hal ini bukanlah sesuatu yang aneh, melainkan antimainstream dan saya adalah orang yang istimewa diantara agus-agus yang lainnya. :p
Jadi, sekali lagi untuk teman-teman baruku, ini bukan bulan dimana teman-teman boleh "ngejar" saya untuk minta ditraktir ya. Hehe. Biasanya diantara kami, ulang tahun adalah momen yang pas untuk minta traktir kepada si punya hajat, semacam arisan, nanti giliran kok). Yang jelas, kisah anak-anak kos memang seperti itu, kesempatan bisa makan wenaaaak tanpa ngeluarin duit.
Wiiih, beberapa waktu yang lalu merah putih juga sudah terlihat di kanan-kiri jalan sekitar kos-kosan. Memang warna merah putih tersebut bukan berasal dari rumah warga melainkan seorang bapak-bapak yang membuka lapak dagangannya di pinggir jalan.
Terlihat hari minggu, saat saya jalan-jalan menuju alun-alun kota untuk ikutan kegiatan car free day. Eh, 25% ikut car free day, 75% cari sarapan. Sepertinya kali ini saya menjumpai seorang bapak penjual bendera yang begitu antusias dan cerdas memanfaatkan peluang usaha.
Waktu itu masih bulan juli (minggu akhir) loh. Nyatanya euforia menyambut hari kemerdekaan Indonesia ke-71 sudah mulai terlihat, meskipun bendera yang terlihat terpasang masih sedikit dan salah satunya milik bapak penjual bendera ini yang menyita perhatian saya. Semangat 45 pak! Lalu ....
Rasanya perjalanan tahun ini cepet banget. Tiba-tiba sudah sampai di bulan Agustus. Seperti baru kemarin lulus sekolah SMA dan sekarang, saya masih belum lulus kuliah juga, syeedih...
Target kuliah 4 tahun. Menjadi mahasiswa pada tahun 2012. Seharusnya tahun ini saya HARUS lulus. Ya, karena dapat beasiswa penuh dari pemerintahan untuk S1. Tetapi dalam pengerjaan tugas akhir, saya belum bisa menyelesaikannya. Akhirnya “terpaksa” memperpanjang untuk menyelesaikan di semester 9 ini. Tapi mau gimana lagi, optimis, ini adalah semester terakhir untuk saya. Saya harus cepat-cepat lulus di tahun 2016 ini.
Tidak mudah memang, kadang apapun yang kita targetkan dengan mulus tapi pada akhirnya meleset, itu bisa banget. Mungkin melesetnya target yang sedang saya alami ini adalah persentase kecilnya. Justru memasang target itu penting banget dilakukan. Saat Mencapai target itu berarti kamu mendapat bonus dari persiapan yang kamu lakukan dan ketika meleset itungannya kita apes. Ngomong mudahnya seperti itu #curhat.
Ceritanya.... pindahnya semester 8 ke semester 9 pun tidak semulus yang terlihat. Oke, skripsi yang belum selesai akan saya selesaikan lanjut disemester 9. Tidak, tidak segampang itu gaes. Saya harus memikirkan juga biaya untuk membayar SPP semester ini, kebutuhan sehari-hari (lagi), terutama yang berkaitan dengan skripsi.
Mungkin setiap hari saya juga harus pergi ke percetakan untuk memperbaiki coretan-coretan diatas kertas A4 a.k.a revisian skripsi. Atau istilahnya intensitas untuk mengunjugi tempat percetakan akan lebih sering. Dan itu pasti perlu lumayan banyak uang. Mau minta orang tua, diusahakan jangan!
Jadi ini merupakan konsekuensi yang saya dapatkan. Jika melebihi target pendidikan 8 semester, sesuai kesepakatan beasiswa, saya harus membayar spp selanjutnya sendiri. Dan disini saya galau. Ketika waktu sudah mepet 8 semester tapi harapan untuk lulus di semester 8 ini seakan sirna. Penelitian saya belum selesai.
Sebenarnya saya sudah ngomong dan minta maaf kepada orang tua jauh-jauh hari, jika skripsi belum bisa saya selesaikan di semester 8. Dan orang tua paham akan hal ini dan terkait konsekuensi membayar SPP. Benar, saya sengaja ngomong jauh-jauh hari agar orang tua juga dapat mempersiapan uang untuk membayar SPP, supaya "ancang-ancang". Saat itu, terpaksa harus ngomong (minta uang) karena saya sendiri tidak tau harus minta tolong ke siapa lagi, selain kepada bapak dan ibu. Meskipun sudah ngomong pada orang tua, sebenarnya saya masih merasa tidak enak dan terlalu merepotkan dalam hal keuangan.
Hobi, salah satu hal yang bisa menjadi harapan. Saya senang menulis, saya dikit-dikit mempunyai kemampuan menulis dalam hal ngeblog. “Kenapa saya tidak mencoba untuk mengikuti lomba blog yang ada saat ini?” Mungkin saja saya menang. Lumayan kan nanti bisa untuk membayar spp 1 semester ini tanpa (jadi) meminta uang kepada orang tua. Membayar SPP sejumlah Rp.770.300.
Lagi-lagi, target membuktikan, bahwa apa yang kamu mau dan sedang kamu usahakan dengan maksimal, maka kata pak tarno “bimsalabim” itu akan terjadi. Saya memenangi beberapa lomba blog yang saya ikuti tersebut. Dan hadiahnya sangat bisa digunakan untuk membayar spp plus membeli sebuah printer All in One (print,scan dan copy) yang saya idam-idamkan sejak awal kuliah. Dan semua itu baru terwujud baru-baru ini.
Puji syukur, itu sangat membantu saya mencetak lembar-lembaran revisian skripsi. Bisa lebih hemat dalam pengeluaran bulan ini tentunya dong.*bersyukur banget.... Mempunyai barang idaman dengan usaha sendiri dan tepatnya berusaha mencukupi kebutuhan sebelum meminta kepada orang tua :)
Semenjak awal kuliah, motto hidup saya adalah “Jangan sampai meminta uang dari orang tua!”. Sebisa mungkin saya pertahankan motto tersebut. Orang tua saya bekerja sebagai buruh tani tapi saya akui mereka sangat hebat!
Saat itu kedua orang tua saya sedang berusaha menyekolahkan kedua anaknya ke jenjang perguruan tinggi. Saya dan mbak anis. Mungkin rasanya berat hati dan tidak enak jika harus meminta uang kepada orang tua (merepotkan). Jangankan minta, mau ngomong via telepon saja “ndredeg-nya” minta ampun (Ndredeg: jawa= gemetar).
Hal itulah yang saya latih pada diri saya, melakukan hal-hal kecil sebagai penerapan jiwa kepahlawan di ruang lingkup masyarakat dan ruang lingkup paling kecil yaitu keluarga. Sebisa mungkin meringkankan beban orang tua. Ya, meskipun hal itu juga memang sudah menjadi kewajiban seorang anak kepada orang tuanya. Tentu, dengan yakin saya menyimpulkan bahwa membantu orang tua dalam bentuk apapun adalah caraku menjadi pahlawan masa kini. Cukup mudah dan simpel bukan? Tapi sudah jelas, tidak jauh-jauh dari makna pahlawan keluarga itu sendiri :)
Setidaknya, taun ini masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya tetap berusaha terus mengembangkan jiwa kepahlawanan untuk menjadi pribadi yang dibutuhkan orang lain. Mereka dapat terbantu dengan apa yang saya lakukan. Siapapun itu.
Oh iya, jarak tempat kuliah saya dan kampung halaman terbilang cukup dekat. Kabupaten yang bersebelahan. Jember - Banyuwangi. Membutukan waktu sekitar 2,5-3 jam dengan berkendara sepeda motor. Hal ini membuat saya lumayan sering pulang ke rumah. Biasanya 2 minggu sekali.
Bertemu orang tua, membantu ibu memasak, mencuci perabotan dapur, menyapu halaman bahkan mengepel lantai juga tak sungkan saya lakukan ketika sedang berada dirumah, meskipun saya anak laki-laki. Membantu beban ataupun pekerjaan adalah salah satu sikap rela berkorban yang dimiliki para pahlawan dan patut untuk kita teladani bukan? Melakukannya pun sangat gampang.
Tak jarang, kegiatan bantu beres-beres rumah tertunda beberapa saat, ketika anak-anak sekitar rumah yang masih sekolah rame-rame datang ke rumah. Minta tolong ngajarin tugas sekolah ini-itu, benerin laptop ada gadgetnya yang error dan sebagainya. Yes, I do. Membantu orang dan melihat ekspresi mereka senang karena terbantu itu merupakan kepuasan hati tersendiri.
Ya, rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain walaupun akan memberikan penderitaan bagi diri sendiri. Memberikan, tidak harus sesuatu yang berwujud fisik/barang, melainkan memberi bantuan jasa adalah salah satunya. Membantu pekerjaan orang tua atau orang yang disekitar kita.
Selain bertujuan untuk membantu pekerjaan rumah, saya yakin pengalaman membantu bapak-ibu dirumah itu bakal berguna untuk saya sendiri nantinya. Ketika saya sudah hidup berumah tangga kelak, pastinya saya sudah biasa untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan rumah tersebut. Itung-itung membantu pekerjaan istri. *uhuk
Setidaknya, taun ini masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya tetap berusaha terus mengembangkan jiwa kepahlawanan untuk menjadi pribadi yang dibutuhkan orang lain. Mereka dapat terbantu dengan apa yang saya lakukan. Siapapun itu.
Oh iya, jarak tempat kuliah saya dan kampung halaman terbilang cukup dekat. Kabupaten yang bersebelahan. Jember - Banyuwangi. Membutukan waktu sekitar 2,5-3 jam dengan berkendara sepeda motor. Hal ini membuat saya lumayan sering pulang ke rumah. Biasanya 2 minggu sekali.
Bertemu orang tua, membantu ibu memasak, mencuci perabotan dapur, menyapu halaman bahkan mengepel lantai juga tak sungkan saya lakukan ketika sedang berada dirumah, meskipun saya anak laki-laki. Membantu beban ataupun pekerjaan adalah salah satu sikap rela berkorban yang dimiliki para pahlawan dan patut untuk kita teladani bukan? Melakukannya pun sangat gampang.
Tak jarang, kegiatan bantu beres-beres rumah tertunda beberapa saat, ketika anak-anak sekitar rumah yang masih sekolah rame-rame datang ke rumah. Minta tolong ngajarin tugas sekolah ini-itu, benerin laptop ada gadgetnya yang error dan sebagainya. Yes, I do. Membantu orang dan melihat ekspresi mereka senang karena terbantu itu merupakan kepuasan hati tersendiri.
Ya, rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain walaupun akan memberikan penderitaan bagi diri sendiri. Memberikan, tidak harus sesuatu yang berwujud fisik/barang, melainkan memberi bantuan jasa adalah salah satunya. Membantu pekerjaan orang tua atau orang yang disekitar kita.
Selain bertujuan untuk membantu pekerjaan rumah, saya yakin pengalaman membantu bapak-ibu dirumah itu bakal berguna untuk saya sendiri nantinya. Ketika saya sudah hidup berumah tangga kelak, pastinya saya sudah biasa untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan rumah tersebut. Itung-itung membantu pekerjaan istri. *uhuk
Hei, pahlawan masa kini...
Selain mendapatkan uang dari hobi yang kalian miliki, kalian juga bisa melakukan cara lain sob. Dengan tujuan yang masih sama yaitu untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari kamu tanpa meminta kepada orang tua, meskipun kamu masih menjadi tanggungjawab orang tua. Bukankah itu lebih baik?
Kenapa tidak mencoba KUDO? Jika kalian ingin mendapatkan penghasilan dan menjadi pengusaha, awali dengan mengenal KUDO dulu. KUDO (Kios Untuk Dagang Online). Semua bisa jadi pengusaha dengan KUDO sob. Loh kok bisa?
Kehadiran KUDO Indonesia sebagai jawaban atas trend masyarakat Indonesia yang belum terbiasa berbelanja online (was-was ketika ingin berbelanja online). Ada juga yang sudah ngabisin waktu berjam-jam untuk menatap fokus layar komputer dan memilih barang yang dibutuhkan, akhirnya beberapa saat kemudian tab browser ditutup (nggak jadi beli, takut tipu-tipu). Alaaamaak, Sobat Kudo masih menemukan orang-orang seperti itu? trus apa itu KUDO?
Belajar dari bapak penjual bendera lagi. Bahwa apa yang ia lakukan adalah semacam gerakan “nyolong start” menjemput rezeki. Menjemput rezeki ketika penjual bendera lainnya masih belum menggelar dagangannya. Jika memang berniat menjadi seorang entrepreneur, jadilah "full entrepreneurs" ya sob! bukan entrepreneur yang setengah-setengah sob!
Nah, hadirnya KUDO Indonesia sebenarnya mencoba menjembatani masyarakat yang belum terbiasa dengan belanja online. Dan kamu bisa salah satu orang yang berperan mengenalkan kemajuan dan kemudahan e-commerce kepada mereka. Karena masih banyak dari mereka yang khawatir saat ingin belanja online, misalnya apakah barangnya akan sampai dan juga uang yang ditransfer akan diterima atau tidak dan sebagainya.
Yay, disini kamu, sobat KUDO bisa berperan sebagai agen yang bisa menjual berbagai macam barang tanpa menyetokbanya barang di rumah apalagi di kos-kosan. Tentunya banyak keuntungan. Sudah punya gambaran lagi? Siap menjadi agen KUDO? More info tentang KUDO, kalian bisa klik ini ya, para pahlawan masa kini Indonesia!
Jadi agen kudo memang banyak untungnya mas..
BalasHapusBtw, animasinya keren, aku mbok diajari bikinnya gimana tuh?
Main sini ke Banyuwangi mas hehe ...
Hapusmantap sekali animasinya, pake apa ya
BalasHapusmakasih mas jumanto, Combine mas PS + SAI :)
HapusWuih mantep bener mas desainnya, jadi betah baca :D
BalasHapusKUDO memang keren ya
Siaap, thankyou :D
Hapus