Alasanya bisa ditebak. Selain lebih cepat, dengan motor saya bisa lebih fleksibel. Fleksibel dalam mengatur perjalanan saya sendiri. Seperti: Istirahat ditengah perjalanan jika dirasa otot terasa kaku maupun berhenti sebentar hanya untuk “ngopi” di warung tepi jalan.
Berbeda dengan satu tahun pertama perkuliahan (mahasiswa baru waktu itu). Dikarenakan jarak gedung kuliah dengan kos cukup dekat, saya cukup mudah untuk wira-wiri tanpa sepeda motor (jalan kaki). Tentu, lebih hemat dan sehat to. Aktivitas pulang kampungpun cukup sering saya lakukan dari dulu, 2-3 kali dalam satu bulan.
Lebih efisien, dibandingkan naik transportasi umum (bus) yang menghabiskan waktu hingga 4-5 jam. Lebih lama dikarenakan bis berhenti tiap terminal, sering ngetem dan jika weekend sudah dipastikan sedikit tidak nyaman karena penumpang full (melebihi kapasitas kendaraan). Inila alasan saya lebih memilih motor sebagai moda transportasi.
Pemikiran seperti itulah yang akhirnya menggiring saya untuk memiliki sepeda motor dari yang sebelumnya wira-wiri naik kendaraan umum busa dan angkot. Jadi ditahun pertama kuliah saya jalan kaki, tahun kedua naik sepeda ontel dan setelah itu saya bisa menikmati mudahnya kesana-kemari (mobilitas) dengan sepeda motor. Termasuk perjalanan pulang ke kampung halaman mengendari sepeda motor.
Hingga suatu ketika, sekitar pertengahan tahun ketiga, saya mengalami kecelakaan sepeda motor (pertama kalinya). Cukup parah. Semakin dramatis, kecelakaan tersebut terjadi dikota perkuliahan, bukan kampung halaman.
Sakitnya luka dan (mungkin) tercampur terkejut, saya pingsan hingga tak sadarkan diri. Padahal yang terjadi sebenarnya, sudah 1 malam saya dirawat dirumah sakit dan ditemani oleh teman-teman saya hingga saya dipulangkan ke rumah (Banyuwangi).
Sahabat adalah keluarga ketika kita berada jauh dari orang tua. Terima kasih Arga, Ari, Yusi, Lia dan teman-teman lainnya jika kalian membaca tulisan ini. Merekalah yang menemani saya ketika tak sadarkan diri (dirawat dirumah sakit) hingga membantu koordinasi dengan orang tua saya hingga keluarga saya datang ke Jember dan pulang ke Banyuwangi.
Saya hanya dirawat satu hari, karena juga merasa hanya luka-luka dan cidera siku yang tidak berarti. Lain hal, saya (sebenarnya) juga memikirkan soal biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua ketika saya harus dirawat inap beberapa hari dirumah sakit tersebut. Sedangkan tentunya saya tahu dengan kondisi ekonomi keluarga.
Saat itu memang diijinkan untuk pulang (keluar dari rumah sakit) tapi dengan kondisi tangan diperban dan disarankan untuk periksa secara rutin. Dan jika menghendaki, bisa dilakukan operasi untuk mengembalikan tangan keposisi semula (perletakan engsel tulang siku tangan yang normal).
Meskipun tidak mendengar langsung dari bapak-ibu, tapi saya tau bahwa operasi tersebut membutukan biaya yang cukup besar. Saya lupa dengan nominalnya. Karena sifatnya tidak urgent (plus kondisi tidak ada biaya), keluarga memilih untuk membicarakan terlebih dahulu masalah ini dirumah. Dan akhirnya sayapun dibawa pulang ke kampung halaman (Banyuwangi).
Saya tidak menyesali keadaan yang saya alami saat itu sehingga pada akhirnya seperti ini. Ya, jika saat itu ada biaya kemungkinan besar, saya dioperasi saat itu juga. Bersyukur, sampai saat ini saya masih bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Normal, meskipun sedikit mengalamai penurunan kemampuan kerja khususnya untuk angkat-angkat beban berat.
Semenjak saat itu, ada perasaan tersendiri ketika melihat langsung kecelakaan dijalan raya. Dalam hati,"kira-kira apakah mereka sudah memiliki asuransi?". Begitulah asuransi sangat penting mencover kebutuhan kita. Sekaligus menjadi pengingat kembali pada waktu ketika saya mengalami kecelakaan tanpa asuransi. Dan yang paling penting dari kejadian tersebut adalah saya bisa mengambil pelajaran bahwa kesehatan itu mahal harganya.
Sadar akan hal ini, saat ini satu keluarga saya mempunyai asuransi kesehatan. Selain dilatarbelakangi oleh kejadian kecelakaan yang saya alami, ini adalah bentuk kepedulian terhadap kesehatan dan investasi diri jika terjadi resiko yang menimpa.
Ya, kakak saya yang notabene (kemudian) memiliki pendapatan bulanan tetap membantu mendaftarkan kami sekeluarga, saya, bapak dan ibu. Termasuk soal tagihan premi yang harus dibayarkan setiap bulannya. Sayapun bersyukur akan hal ini :)
Pentingnya memiliki asuransi. Sayangnya, masih banyak sentimen negatif dari masyarakat akan semua hal yang berkaitan dengan asuransi. Banyak hal yang menjadi alasan mereka untuk enggan memiliki asuransi.
Bicara tentang asuransi, bagi
sebagian orang masih menjadi topik yang paling dihindari. Pasti yang dibayangkan
semua yang jelek-jelek. Bahkan adapula yang antipati duluan. Pemikiran seperti
inilah yang perlu direvolusi dan diperbaharui bahwasana asuransi itu tidak
tentang “mendoakan/mengharap seseorang mengalami musibah”. Tapi asuransi adalah
kebutuhan yang bisa dikategorikan sebagai kebutuan penting.
Penipuan agen asuransi, perusahaan asuransi ‘seenak udel’ menaikkan premi tanpa pemberitahuan sebelumnya dan yang paling bikin antipati memuncak adalah sulitnya mengajukan klaim. Memang banyak begitu fakta dilapangan, harus saya akui dan saya dengarkan langsung pemaparan orang yang pernah saya dengar.
Kini, revolusi pemikiran masyrakat
yang semula antipati terhadap asuransi kian terkikis. Sudah banyak diantaranya
yang meng-asuransikan diri dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (semakin
meningkat).
Buktinya apa? Mereka
berbondong-bondong mengasuransikan dirinya melalui program asuransi
pemerintahan, sebut saja BPJS. Meskipun ya, sangat banyak diantaranya sadar
akan pentingnya asurans ini setelah mereka mengalami musibah.
Asuransi pemerintahan maupun
swasta merupakan pilihan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Oleh karena itu, perlu dilakukan cara khusus untuk memilih
asuransi yang tepat (baik sistem maupun produk asuransi).
Supaya apa?
Menghindari kesalapahaman tentang asuransi, penipuan, sulitnya klaim dan
masalah lain yang mengecewakan nasabah. Sehingga menyadarkan masyarakat secara
keseluruhan bahwasannya tidak semua asuransi seperti itu.
Pertanyaannya: Haruskan mereka memiki asuransi setelah resiko-resiko tersebut terjadi? Bukankah resiko tersebut (diatas) sudah pasti dan besar kemungkinan akan dialami oleh kita? Disinilah peranan asuransi. Bukan untuk menciptakan pikiran yang parno, tapi asuransi adalah usaha untuk menginvestasikan dirinya (berjaga-jaga dengan resiko yang akan terjadi).
Ketakutan dan sentimen akan asuransi akan tentu ada solusinya. Solusinya adalah kenali dirimu, asuransi yang tepat dan dibutukan seperti apa (disesuaikan dengan perekonomian keluarga). Nah, berikut ini adalah tips agar yakin memilih asuransi yang tepat dan produk asuransi seperti apakah yang memang kalian perlukan.
Belajarlah dari pengalaman orang lain sebelum kejadian yang tidak mengenakkan itu (musibah) terjadi pada diri kita. Bukan untuk menakut-nakuti tapi pada kenyataanya kehidupan pasti ada suka dan duka yang harus kita lewati. Jadi semua ini harus kita persiapkan, bukan juga karena “ditakut-takuti” agen penjual produk asuransi ya!
Nantinya asuransi berperan sebagai proteksi saat kita terjadi musibah. Asuransi akan menghandle masalah keungan kita. Mengalihkan resiko finansial ke perusahaan asuransi. Dalam artian, kerugian yang diderita nasaba akan diambil alih oleh asuransi. Secara singkat, mengambil asuransi bukan karena “faktor pemicu resiko”. Justru dengan diambilnya asuransi adalah “adanya dampak finansial dari resiko” yang akan kita alami.
Tentu, produk asuransi banyak bentuknya. Tidak soal tentang resiko kecelakaan dan kematian saja (asuransi jiwa). Sesuaikan dengan apa yang dibutuhkan (diprioritaskan). Asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi pendidikan dan lain-lain. Memang sih semuanya dirasa penting.
Tapi kembali lagi dikondisikan dengan keadaan ekonomi (kemampuan dan kesanggupan) untuk membayar premi asuransi (komitmen) jangka panjang. Jika mampu membeli lebih dari satu asuransi, silakan, bahkan itu lebih baik.
Tapi kembali lagi dikondisikan dengan keadaan ekonomi (kemampuan dan kesanggupan) untuk membayar premi asuransi (komitmen) jangka panjang. Jika mampu membeli lebih dari satu asuransi, silakan, bahkan itu lebih baik.
Jika produk asuransi sudah ditentukan, harus tetap kritis untuk menentukan produk asuransi perusahaan manakah yang sekiranya sesuai. Bandingkan satu sama lain secara detail dan teliti untuk menghidari suatu hal yang tidak diinginkan (keribetan) dikemudian hari.
Tidak kalah penting, telusuri track record perusahaan asuransi tersebut. Bisa melalui internet bahkan orang terdekat kita yang sudah lama menggunakn asuransi tersebut. Hindari memilih perusahan asuransi yang mempunyai banyak masalah dengan nasabahnya. Bisa jadi kesalahan yang dilakukan agen asuransi dan menjadikan citra buruk perusahaan asuransi sebenarnya bukanlah mencerminkah professionalitas perusahaan asuransi. Teliti!
Jangan ragu untuk mempelajari isi polis secara detail meskipun memakan banyak waktu. Tidak kalah penting, segera batalkan mengambil polis jika aturan main dirasa kurang cocok dengan kebutuhan. Terutama masalah durasi waktu dan masa jaminan. Mintalah agen untuk memberikan penjelasan atau gambaran jika kurang paham dengan isi polis.
Harapannya, setelah membaca tips-tips diatas dengan penerapannya mampu merevolusi pemikiran masyarakat agar lebih terbuka. Disisi lain saat ini perusahaan asuransi sedang berlomba-lomba untuk berevolusi memberbaiki kwalitas pelayanan. Seperti halnya Equity Life Indonesia, usaha dalam memulai revolusi dalam asuransi jiwa di Indonesia juga sedang dilakukan.
Revolusi yang dilakukan Equity Life Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan antara lain: saluran distribusi yang diberikan untuk memasarkan produk asuransi, pengembangan produk inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, layanan yang diberikan kepada nasabah, menciptakan tenaga pemasar asuransi yang handal, serta pengembangan kreativitas sebagai upaya mengantisipasi pergeseran pola perilaku dan kebiasaan konsumen yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman, teknologi dan digital.
foto.bisnis.com
Berdiri sejak tahun 1987, PT Equity Life Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri asuransi jiwa individu dan kumpulan. Rangkaian produk yang lengkap seperti Asuransi jiwa, Communities Market, Asuransi Kesehatan, Employee Benefit, Bancassurance, Asuransi Ritel. Untuk lebih tahu lengkapnya, sobat dapat melihat jenis produk-produk Equity Life Indonesia disini.
Dari uraian ditautan tersebut, sobat dengan langsung dapat memperkirakan jenis asuransi seperti apa yang dibutuhkan. Plus, informasi terkait sistem, syarat dan ketentuan yang berlaku pada asuransi yang diminati. Eits, jangan lupa ajukan pertanyaan jika dirasa ada suatu hal yang perlu diketahui melalui contact center.
www.equity.co.id
Tingkat keterpercayaan dan kwalitas sepertinya tercermin dari banyaknya penghargaan yang telah diperoleh. Pada tanggal 16 September 2017, Equity Life Indonesia berusia 30 tahun dan berhasil meraih 9 penghargaan pada ajang Top Agent Awards yang diselenggarakan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Palembang, pada tanggal 8-9 Agustus 2017. (lihat disini)
Kesimpulan : Ya, pentingnya revolusi asuransi untuk saat ini adalah tuntutan yang harus dilakukan oleh para perusahaan asuransi seperti halnya Equity Life Indonesia lakukan. Sebagaimana keinginan masyarakat (nasabah asuransi) bahwa mereka ingin dipermudah dalam pembelian asuransi, pembayaran tagihan premi, klaim asuransi hingga hal-hal lain terkait kemudahan, keamanan dan kenyamanan berasuransi.
Dengan begitu, masyarakat dapat dengan mudah menyeleksi dan memilih jenis produk dari perusahaan manakah yang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan hati. Semoga artikel ini bermakna, salam :)
Tahun 2014, 3 tahun yang lalu, masih ada sisa lukanya mas? Behh, sampe tak sadarkan diri, ga bisa dibilang remeh sakitnya tuh.
BalasHapusKpn2 mau juga ahh dftar asuransi ginih,,, safety, sblum trjadi apa-apa,
Tidak ada luka tapi semacam cidera permanen. Secara fisik sing lengan kiri kanan tidak sama :) Penting banget, setidaknya punya asuransi dari pemerintah.
BalasHapusWah saya juga suka motoran ini... kayaknya perlu juga daftar asuransi :D
BalasHapusBener banget. Sedia payung sebelum hujan memang perlu :)
HapusMemang kita harus sedia payung sebelum hujan ya mas... jadi ketika kondisi terburuk terjadi, risiko dapat dikelola dengan baik...
BalasHapus