gallerytoday.art
Sekitar seminggu yang lalu, saat ingin tarik tunai di ATM untuk mengambil uang keperluan SPP saya kebingungan bukan main. Pasalnya, tanggal 3 Agustus adalah waktu terakhir pembayaran SPP dan niat berangkat pagi-bagi untuk mengambil uang di ATM BRI terlebih dahulu sebelum membayar SPP di Bank Jatim, Jember (Depan alun-alun Jember). Kebetulan kedua bank tersebut saling berdekatan dan hanya terpisah oleh satu bangunan yakni bank mandiri. Ya, depan alun-alun jember terdapat 4 bank yang letaknya berderetan.
Alasan: Buku tabungan saya yang
berisi saldo hanyalah bank BRI sedangkan jika membayar SPP di Bank BRI juga,
disitu pasti rame banget dan perlu antre berjam-jam, apalagi saat itu hari
jumat. So, seperti biasanya teman-teman dan saya membayar SPP di bank Jatim. Lebih
cepat.
Saat itu sekitar jam 9.30, saya
tiba diparkiran ATM BRI. Bingung dan tiba-tiba lemas karena menyadari kartu ATM
BRI tidak ada didalam dompet saya. Padahal posisi sudah berada tepat di depan
mesin ATM. Saya keluar dari ATM kemudian mengubek-ubek lagi isi dompet, jok
motor, dalam tas dan kantong-kantong pakaian yang saya kenakan saat itu.
Hasilnya nihil. Kartu ATM tidak saya temukan dan akhirnya saya kembali ke kos
bermaksud untuk mencarinya di kos.
Dari halaman kos sayapun lari
menuju kamar, obrak-abrik seisi kamar dan merogoh saku-saku pakaian kotor. Tak lupa kolong ranjang juga saya cek,
mungkin saja kartu ATM terselip diantara lipatan kasur atau jatuh ke bawah
kolong. Padahal waktu terus berjalan, sembari mengingat-ingat kapan terakhir
kali saya menggunakan ATM tersebut. Seingat saya, 3 hari sebelumnya saya sempat
melakukan tarik tunai sebelum menuju POM untu mengisi bahan bakar motor.
Selain itu semakin gemetar karena
hari Jumat hari terakhir membayar SPP, bank akan tutup lebih awal dari biasanya.
Kemudian saya menghubungi teman saya lewat pesan whatshapp. Intinya: saya ingin
minta tolong buat bantu bayarin SPP terlebih dahulu karena saya kehilangan
kartu ATM. Saya berani mengirim pesan dan minta tolong ke dia, karena dia
sebelum-sebelumnya juga sering menolong saya khususnya soal pinjam-meminjam
uang dalam waktu yang mendesak.
Seakan diburu-buru oleh waktu.
Mau ambil uang lewat buku tabungan, tapi buku tabungan tidak berada di Jember
(di Rumah Banyuwangi). Tapi sambil pikir panjang, saya mengurungkan untuk
meminta bantuan. Setelah obrak-abrik tumpukan Map dilemari, akhirnya saya
menemukan buku tabungan. Ya, harapan satu-satunya bayar SPP menggunakan buku
tabungan.
Setelah menemukan buku tabungan,
saya kembali menuju bank BRI. Saat itu jam 11.00-an siang. Jika Bank tutup jam
2 sore. Saya mempunyai waktu 3 jam untuk membayar SPP diantara pulusan
mahasiswa yang memenuhi ruangan saat itu. Entah, saya mendapat giliran maju di
teller jam berapa.
Disisi lain saya masih khawatir
dengan nasib ATM saya. Gimana kalau kartu ATM saya jatuh da disalahgunakan oleh
orang lain? Gimana kalau saldo ATM dialamnya yang jumlahnya tak seberapa itu
raib? Gimana bayar SPP saya???????? Aaaa......
Sumpah hari itu saya lemes dan pucat
duduk di kursi tunggu. Sebenarnya jika saya sudah tau kalau saldo didalam ATM
sudah aman, saya tidak begitu khawatir. Masalahnya saking tergesa-gesa mendapat
nomor antrian, saya memutuskan untuk langsung menuju ruang khusus pembayaran
SPP sampai lupa cek saldo terlebih dahulu di ruang bank berlainan.
Pesan whatshapp teman saya tadi
sudah dibalas. Tetapi ketika saya ditanya balik,”minta tolong apa?”. Saya tidak
membalasnya. Pikir saya, jika saya buku tabungan saya error atau saldo hilang
dan kemungkinan buruk lainnya terjadi maka pilihan terakhir yaitu menelpon
teman saya tadi untuk membantu saya meminjamkan uangnya terlebih dahulu.
Bener-bener stress saat itu juga, badan terasa panas bercampur dinginnya suhu
AC ruangan yang membuat saya menggigil kedinginan karena lupa membawa jaket.
Seperti biasa, saya pasti saiap=siap membawa jaket jika antre di Bank. Badan
saya terlalu ‘ndeso’ untuk merasakan sejuknya AC.
Samapi jam istirahat pegawai,
nomor antrian saya tak kunjung dipanggil padahal jam menunjukkan pukul 13.00
WIB. Saya semakin panik. Saya takut saldo di buku tabungan saya raib dan
pikiran-pikiran parno lainnya.
Pukul 13.30 WIB, antrian dalam
ruangan tinggal sekitar 4 orang. Kemudian saya dipanggil petugas bank. Saya
mengutarakan keinginan saya untuk membayar SPP menggunakan buku ATM dengan
alasan-alasan yang saya ceritakan juga. Saya disuruh menunggu. Buku tabungan
sedang dicek dan divalidasi menggunakan KTP yang sebelumnya sudah diminta
beserta 2 lembar pembayaran yang saya print sendiri dari rumah sebagai syarat
pembayaran bank yang ditetapkan oleh pihak kampus.
Proses begitu lama. Kata teman saya yang
bertemu disana dan kebetulan dia datang lebih awal daripada saya, sistem sedang
sedikit error. Jadi setiap transaksi membutuhkan waktu yang cukup lama setiap
nasabahnya. Beberapa saat kemudian, suara printer yang sedang mencetak kertas
terdengar. Kemudian saya dipanggil lagi kedepan.
Astaga, saya ingin pingsan
rasanya. Mas-mas teller bank kemudian bilang,’’Mas, ini disimpan ya sebagai
bukti lunas pembayaran”. Yeeessss!! Puji syurkur... Saldo di dalam ATM
aman-aman saja. Jumlahnya masih tetap sama dengan saldo yang terakhir saya
ambil. Keluar dari ruangan terasa sejuk dan penuh semangat. Ini benar-benar last
minutes pembayaran SPP.
Dipintu keluar ruangan tersebut, saya bertemu pak
satpam dan nasabah. Pak satpam saja sudah bilang,”sebentar lagi tutup ya pak-bu”
kepada nasabah yang baru saja datang. Oh my god .... terimakasih...
Last minutes, saya berhasil
membayar SPP. Saya tidak tau lagi, akibatnya jika saya telat membayar SPP hari
itu. Waktu juga sudah tidak memungkinkan untuk minta tolong kepada teman saya
yang notabene tinggal di Banyuwangi bukan Jember.
Dua hal yang bisa saya ambil
pelajaran dari kejadian ini. Pertama, letakkan barang dalam hal ini ATM,
ketempat semula setelah menggunakannya. Kedua, jangan melakukan sesuatu secara
mendadak. Karena kita tidak tau kemungkinan-kemungkinan terburuk apa yang akan
terjadi. Semoga cerita alias curhatan ini bermanfaat ...
Ikut deg-deg-an dan lega bacanya. Saya juga sering heboh sendiri sih kalau kehilangan ATM. Emang seharusnya sesudah dipakai langsung masukkan ke dompet.
BalasHapusHuoooo mangkane seeeh, sing ngati-atii 😀😂
BalasHapusAwal bulan lalu aku yo kilangan atm , pas kate budal nang Solo (kencan, dolan sama si dia 😅).
Pas ndek stasiun, cek dompet , ngroso onok slot kartu sing kurang, tibae atm bni, sing isine duit organisasi fiuuuuh lemea euy.
Ternyata ku baru ingat, malam sebelumnya aku setor tunai, terus lebih tertarik baca struk daripada ambil kartu atm 😂😂
Kemungkinannya ada 2. Diambil orang atau kartunya tertelan.
Sepertinya kartunya tertelan.
Besok paginya langsung blokir kartu atm di Solo. Untungnya saldonya masih sama. Huhuuuu
Ndruuuuedeg pisan 😅😅
Masya Allah,, bener2 milu nderedeg seng Moco,, pas qu jg lg ada pikiran eh Moco Iki kok milu tambah deg deg see pisan quuu,,, weleh2,,, enek2 ae to yo
BalasHapus