Sumber foto: RGEI
Industri tekstil di Indonesia saat
ini tidak berada dalam kondisi yang baik. Hal ini mendorong pengusaha Sukanto
Tanoto untuk berbuat sesuatu. Ia menghadirkan Asia Pacific Rayon (APR) yang
diharapkan mampu mendorong gairah industri serat rayon viskosa di dalam negeri.
Sebelumnya Sukanto Tanoto sudah dikenal
sebagai salah satu pengusaha tersukses di Indonesia. Ia mampu membesarkan Royal
Golden Eagle (RGE) menjadi korporasi kelas internasional dari nol.Saat ini RGE yang dipimpinnya
menjadi pemain global yang menaungi delapan perusahaan yang ber gerak di bidang
sumber daya. Perusahaannya tidak hanya beroperasi di Indonesia. Mereka juga
aktif di kawasan Asia Tenggara lain, Cina, India, bahkan sampai ke Brasil.
Asetnya juga sudah mencapai lebih
dari 20 miliar dolar Amerika Serikat. Namun, lebih dari itu, perusahaan yang
dirintis Sukanto Tanoto tersebut mampu membuka lapangan kerja untuk lebih dari
60 ribu karyawan.
Dari delapan perusahaan yang
bernaung di bawah sayap RGE, APR merupakan yang terbaru. Berbasis di Pangkalan
Kerinci, Riau, APR yang bergerak bidang serat rayon viskosa lahir pada 2016. Mulai saat itu, eksistensinya di
industri tekstil di Indonesia dirintis sejalan dengan pembuatan pabrik di Riau.
Butuh dua tahun bagi APR untuk menyelesaikan baris 1 pabriknya. Baris 2
menyusul setahun kemudian, tepatnya pada Januari 2019.
Sejak saat itulah geliat dan
kontribusi APR ke industri tekstil Indonesia mulai terlihat. Mereka
menggairahkan pasar dengan menghadirkan sejumlah produknya secara komersial
sejak Maret 2019. Perusahaan Sukanto
Tanoto ini menawarkan serat tekstil yang dapat diaplikasikan ke berbagai
produk lain.
Kehadiran APR jelas berarti penting.
Mereka memiliki kapasitas produksi yang tinggi. Per tahun, perusahaan Sukanto
Tanoto ini sanggup memproduksi serat rayon viskosa hingga 240 ribu ton per tahun. Hal ini langsung menjadikan mereka
sebagai pabrik terbesar di Indonesia sekaligus salah satu yang utama di Asia.
Bukan hanya itu, keberadaan APR juga
menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa. Pabriknya di Pangkalan Kerinci
merupakan fasilitas produksi yang terintegrasi penuh dengan pusat bahan baku
pertama di Asia. Di sana terdapat perkebunan
terbarukan yang siap menyuplai bahan baku. Selanjutnya ada pula pusat produksi
dengan fasilitas modern dan teknologi tinggi untuk menghasilkan serat rayon
viskosa berkualitas.
Meski termasuk sebagai pendatang
baru, APR juga tidak bisa diremehkan. Kemampuannya dalam menghadirkan produk
bermutu tetap terjamin. Pasalnya, mereka mendapat dukungan pengalaman dari
perusahaan saudaranya di Cina, Sateri. Sateri adalah produsen serat viskosa terbesar di dunia yang
sudah berpengalaman nyaris dua dekade.
SUNTIKAN ENERGI BAGI INDUSTRI LOKAL
Sumber foto: Inside RGE
Harus diakui, saat ini industri
tekstil dan produksi tekstil Indonesia tengah dalam kondisi yang buruk.
Hantaman produk impor yang membanjiri pasar membuat pelaku usaha dalam negeri
terpukul. Mereka kesulitan mengembangkan bisnis karena persaingan begitu ketat.
Kemampuan ekspor pelaku usaha tekstil juga menurun drastis. Akibatnya ancaman defisit neraca perdagangan di bidang tersebut terlihat nyata. Hal itu terindikasi dari data Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) tentang kinerja perdagangan tekstil pada 2018.
Kala itu, kinerja terburuk sepanjang sejarah karena ekspor hanya tumbuh 0,9% dialami. Sebaliknya impor terus bertumbuh sampai 13,9% sehingga neraca perdagangan tekstil dan produk tekstil sampai defisit 25,6%.
Kondisi tersebut diyakini akan lebih buruk lagi jika tidak ada perubahan berarti. APSyFI memprediksi impor akan naik sekitar 7% year on year (yoy) atau senilai 4,4 miliar dolar AS. Sementara itu, neraca perdagangan diprediksi makin tertekan menjadi 2 miliar dolar AS.
Oleh karena itu, kehadiran APR bagaikan suntikan energi bagi industri tekstil Indonesia untuk bangkit. Lihat saja, dengan kapasitas produksi hingga 240 ribu ton per tahun, mereka akan mampu menghadirkan pilihan lain bagi konsumen dalam negeri.
Kebetulan saat ini prioritas utama bagi perusahaan Sukanto Tanoto tersebut memang masih pasar dalam negeri. Hal itu dirasa tepat karena saat ini suplai serat viskosa di Indonesia masih memerlukan dukungan produk impor. Langkah tersebut juga disambut baik oleh APSyFI. Mereka menilai kehadiran APR akan membantu posisi Indonesia di industri tekstil global.
"Dua tahun lalu, produksi viskosa masih defisit. Dulu kita mengimpor 150 ribu ton. Padahal permintaan mencapai 300 ribu ton. Kehadiran APR pun membuat kebutuhan lokal terpenuhi, jadi sudah seimbang," kata Sekretaris Jenderal APSyFI, Redma Gita Wirawasta, di Warta Ekonomi. “"Jadi, kita tidak perlu impor serat seperti viskosa karena sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri.”
Namun, sejalan dengan visi Sukanto Tanoto yang ingin pengusaha Indonesia mampu bersaing di pasar global, APR tidak hanya akan berkutat di pasar lokal. Mereka juga berniat melebarkan sayap ke luar negeri.
Perusahaan Sukanto Tanoto ini berencana bisa melakukan ekspor ke beberapa negara seperti Turki, Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh pada akhir tahun ini. APR bahkan sudah mengalokasikan lebih dari separuh hasil produksinya pada tahun ini ke pasar global.
Langkah yang dijalankan APR akhirnya mendapat apresiasi dari pemerintah. Melalui Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mereka menilai tindakan APR sangat positif dalam mengurangi ketergantungan terhadap produk tekstil impor. Selain itu, APR juga dipandang berperan menggairahkan industri tekstil dalam negeri.
"Kami mengapresiasi investasi dan komitmen APR yang telah mendukung agenda pemerintah terhadap industri strategis nasional yakni sektor tekstil dan produk tekstil agar bisa lebih berkompetisi di pasar global," ujar Airlangga di Warta Ekonomi.
APLIKASI PRODUK
APR menghasilkan serat tekstil yang
dapat diaplikasikan ke berbagai produk. Kualitas tekstil yang dihasilkannya
terbilang istimewa karena diproduksi dengan teknologi tinggi. Kelembutannya
setara dengan kain katun. Sementara itu, kehalusannya tidak kalah dengan sutra.
Lebih dari itu, tekstilnya mudah menyerap keringat dan tidak panas.
Konsumen bisa bermain-main dengan
produknya. Pasalnya, tekstilnya mudah diwarnai dengan hasil pewarnaan yang
cerah. Ini membuat kreativitas mereka tidak akan terkendala dengan bahan baku.
Secara khusus, produk serat tekstil dari perusahaan Sukanto
Tanoto tersebut bisa dipakai sebagai bahan baku kain rajutan (knitted fabrics), kain tenun (woven fabrics), dan tekstil untuk rumah
tangga (home textiles). Wujud
nyatanya beragam. kain rajutan dapat berwujud kain rajutan untuk pakaian dalam,
gaun, hingga kaos oblong dengan kualitas terbaik.
Sementara itu, kain tenun berupa gaun, berbagai jenis denim, kemeja, kain batik, dan berbagai jenis pakaian kasual. Lain halnya dengan tekstil untuk rumah tangga. Produknya lebih cocok untuk handuk, seprai, taplak meja, lap makan, dan bahan-bahan untuk dekorasi.
Sementara itu, kain tenun berupa gaun, berbagai jenis denim, kemeja, kain batik, dan berbagai jenis pakaian kasual. Lain halnya dengan tekstil untuk rumah tangga. Produknya lebih cocok untuk handuk, seprai, taplak meja, lap makan, dan bahan-bahan untuk dekorasi.
Semua produk tersebut lekat dengan
keseharian orang. Tidak aneh prospek produknya cukup tinggi. Ini memang selaras
pula dengan visi Sukanto Tanoto yang ingin menghasilkan produk
yang bermanfaat bagi orang banyak.